Sekitar 200-300 tahun lalu virus chikungunya (CHIK) merupakan virus pada hewan primata di tengah hutan atau savana di Afrika. Satwa primata yang dinilai sebagai pelestari virus adalah bangsa baboon (Papio sp), Cercopithecus sp. Siklus di hutan (sylvatic cycle) di antara satwa primata dilakukan oleh nyamuk Aedes sp (Ae africanus, Aeluteocephalus, Ae opok, Ae. furciper, Ae taylori, Ae cordelierri). Pembuktian ilmiah yang meliputi isolasi dan identifikasi virus baru berhasil dilakukan ketika terjadi wabah di Tanzania 1952-1953. Baik virus maupun penyakitnya kemudian diberi nama sesuai bahasa setempat (Swahili), berdasarkan gejala pada penderita. Maka hadirlah chikungunya yang berarti (posisi tubuh) meliuk atau melengkung (that which contorts or bends up). Setelah beberapa lama, perangai virus chikungunya yang semula bersiklus dari satwa primata-nyamuk-satwa primata, dapat pula bersiklus manusia-nyamuk-manusia. Tidak semua virus asal hewan dapat berubah siklusnya seperti itu. Di daerah permukiman (urban cycle), siklus virus chikungunya dibantu oleh nyamuk Ae aegypti. Beberapa negara di Afrika yang dilaporkan telah terserang virus chikungunya adalah Zimbabwe, Kongo, Burundi, Angola, Gabon, Guinea Bissau, Kenya, Uganda, Nigeria, Senegal, Central Afrika, dan Bostwana. Sesudah Afrika, virus chikungunya dilaporkan di Bangkok (1958), Kamboja, Vietnam, India dan Sri Lanka (1964), Filipina dan Indonesia (1973). Chikungunya pernah dilaporkan menyerang tiga korp sukarelawan perdamaian Amerika (US Peace Corp Volunteers) yang bertugas di Filipina, 1968. Tidak diketahui pasti bagaimana virus tersebut menyebar antarnegara. Mengingat penyebaran virus antarnegara relatif pelan, kemungkinan penyebaran ini terjadi seiring dengan perpindahan nyamuk.
Hasil penelitian terhadap epidemiologi penyakit chikungunya di Bangkok (Thailand) dan Vellore, Madras (India) menunjukkan bahwa terjadi gelombang epidemi dalam interval 30 tahun. Satu gelombang epidemi umumnya berlangsung beberapa bulan, kemudian menurun dan bersifat ringan sehingga sering tidak termonitor. Gelombang epidemi berkaitan dengan populasi vektor (nyamuk penular) dan status kekebalan penduduk. Pengujian darah (serologik) penyakit chikungunya sering tidak mudah karena serum chikungunya mempunyai reaksi silang dengan virus lain dalam satu famili. Untuk memperoleh diagnosis akurat perlu beberapa uji serologik antara lain uji hambatan aglutinasi (HI), serum netralisasi, dan IgM capture ELISA.
( Sumber : Situs Resmi RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso )
Bercak-bercak kemerahan muncul beberapa hari setelah gejala muncul (biasanya 2-3 hari setelah gejala atau saat demam turun). Bercak tersebar di bagian tubuh manapun, tetapi terutama di badan dan kaki dan bentuknya dapat bermacam-macam dan bercak dapat juga bersisik. Walaupun terdapat bercak kemerahan, jarang terjadi mimisan atau manifestasi perdarahan lainnya seperti pada demam berdarah. Gejala Chikungunya lebih hebat pada dewasa, sedangkan pada demam berdarah lebih hebat pada anak. Tapi chikungunya jarang menimbulkan kematian dan bila tejadipun biasanya pada orang tua.
Pada pemeriksaan laboratorium, chikungunya hanya menunjukkan sedikit penurunan jumlah trombosit dibanding demam berdarah yang penurunan trombosit dapat hingga
kurang dari 50.000sel/µL. Untuk pemeriksaan pasti, dapat digunakan pemeriksaan IgM and IgG anti-chikungunya antibodies, hanya saja hasil baru bisa didapat minimal 3-5 minggu setelah gejala muncul atau isolasi virus dalam darah yang didapat dalam beberapa hari setelah gejala muncul.
(tanyadokteranda.com)
Chikungunya dapat di diagnosis dengan pemeriksaan darah ELISA. Karena gejala klinis chikungunya sangat mirip dengan demam dengue maka pemeriksaan laboratorium sangat penting, terutama pada daerah yang mempunyai demam dengue. (Widiantopanca.blogdetik.com)
Apabila pada seseorang penderita kencing manis kadar glukosa darahnya tinggi dalam jangka waktu yang lama, maka akan timbul komplikasi menahun (kronis yang mengenai mata menyebabkan gangguan penglihatan bila mengenai sistem syaraf akan menyebabkan gangguan rasa dan gangguan bila mengenai ginjal menyebabkan gangguan fungsi ginjal).
Adapun gambaran luka padapenderita kencing manis dapat berupa: demopati (kelainan kulit berupa bercak-bercak bitam di daerah tulang kering), selulitis (peradangan dan infeksi kulit), nekrobiosisi lipiodika diabetik (berupa luka oval, kronik, tepi keputihan), osteomielitis (infeksi pada tulang) dan gangren (lika kehitaman dan berbau busuk).
TERJADINYA LUKA DIABETIK
Adalah kelainan urat saraf akibat DM karena tinggi kadar dalam darah yang bisa merusak urat saraf penderita dan menyebabkan hilang atau menurunnya rasa nyeri pada kaki, sehingga apabila penderita mengalami trauma kadang-kadang tidak terasa.
Gejala-gejala Neuropati : Kesemitan, rasa panas (wedangan : bahasa jawa), rasa tebal ditelapak kaki, kram, badan sakit semua terutama malam hari.
Pembuluh darah besar atau kecil pada penderita DM mudah menyempit dan tersumbat oleh gumpalan darah. Apabila sumbatan terjadi di pembuluh darah sedang/ besar pada tungkai maka tungkai akan mudah mengalami gangren diabetik yaitu luka pada kaki yang merah kehitaman dan berbau busuk. Adapun angiopati menyebabkan asupan nutrisi, oksigen serta antibiotik terganggu sehingga menyebabkan kulit sulit sembuh.
VISI DAN MISI
UPT PUSKESMAS KEMIRI
VISI
TERDEPAN DALAM PELAYANAN KESEHATAN PUSKESMAS DI
PURWOREJO 2010
MISI
1. MENYELENGGARAKAN UPAYA PELAYANAN DASAR YANG BERKUALITAS
2. MENINGKATKAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA DALAM BIDANG KESEHATAN
3. MENINGKATKAN PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM BIDANG KESEHATAN
4. MEMBANGUN KEMANDIRIAN KESEHATAN MASYARAKAT
Pada hari Rabu, tanggal 10 Februari 2010, Puskesmas Kemiri mengadakan penyuluhan di Gedung PWRI Kecamatan Kemiri, dengan audiens para lansia.
MD : JENTIKA
BA : Temephos 1 %
Formulator : JJM
Distributor : Aman Asri
PETUNJUK KEAMANAN
- Pada waktu kontak, jangan makan atau minum atau merokok
- Cucilah tangan dan bagian lain yang terkena, dengan air dan sabun
- Cucilah alat - alat yang telah digunakan, dengan air dan sabun
- Simpanlah dengan tertutupn rapat di tempat sejuk, jauhkan dari jangkauan anak-anak
Penggunaan :
1. Jenis Air
Air Jernih : Kolam, bak mandi, penampungan air minum, danau
Air keruh : rawa, sawah, air got, limbah cair rumah tangga
2. Aplikasi
Penaburan
3. Dosis
0,5 - 1,5 gr per 5 L air
4. Waktu
Digunakan secara merata dan diulang penggunaannya setelah jangka waktu kurang lebih 45
hari
2. BERSAMA MASYARAKAT MENINGKATKAN DERAJAT
KESEHATAN YANG OPTIMAL
Letak :
Wilayah:
Kondisi Geografis:
VISI DAN MISI
UPT PUSKESMAS KEMIRI
PURWOREJO
MISI :
1. MENYELENGGARAKAN UPAYA PELAYANAN DASAR YANG BERKUALITAS
2. MENINGKATKAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA DALAM BIDANG KESEHATAN
3. MENINGKATKAN PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM BIDANG KESEHATAN
4. MEMBANGUN KEMANDIRIAN KESEHATAN MASYARAKAT
"Hati-hati, lo, sekarang musim tampek. Kemarin saja anak tetangga saya kena. Sekarang anak saya ketularan. Di seluruh tubuhnya timbul bercak-bercak merah dan badannya panas sekali," begitu peringatan seorang ibu kepada teman-temannya. Apa sih yang dimaksud dengan tampek itu? Dijawab oleh dr. Asti Praborini, SpA., yang akrab disapa Rini, tampek tak lain adalah campak.
"Tampek merupakan bahasa Jawa namun istilah Indonesianya adalah campak. Sedangkan orang dari Irian menyebutnya serampah. Dalam bahasa latin disebut sebagai morbili atau rubeolla. Sementara dalam bahasa Inggris, measles," tutur spesialis anak dari RS MH Thamrin Internasional, Jakarta ini.
PENYEBAB CAMPAK
Penyebab penyakit campak adalah virus campak atau morbili. Pada awalnya, gejala campak agak sulit dideteksi. Namun, secara garis besar penyakit campak bisa dibagi menjadi 3 fase. Fase pertama disebut masa inkubasi yang berlangsung sekitar 10-12 hari. Pada fase ini, anak sudah mulai terkena infeksi tapi pada dirinya belum tampak gejala apa pun. Bercak-bercak merah yang merupakan ciri khas campak belum keluar. Pada fase kedua (fase prodormal) barulah timbul gejala yang mirip penyakit flu, seperti batuk, pilek, dan demam. Mata tampak kemerah-merahan dan berair. Bila melihat sesuatu, mata akan silau (photo phobia). Di sebelah dalam mulutmuncul bintik-bintik putih yang akan bertahan 3-4 hari. Terkadang anak juga mengalami diare. Satu-dua hari kemudian timbul demam tinggi yang turun naik, berkisar 38-40,5 derajat Celcius.
Fase ketiga ditandai dengan keluarnya bercak merah seiring dengan demam tinggi yang terjadi. Namun, bercak tak langsung muncul di seluruh tubuh, melainkan bertahap dan merambat. Bermula dari belakang kuping, leher, dada, muka, tangan dan kaki. Warnanya pun khas; merah dengan ukuran yang tidak terlalu besar tapi juga tidak terlalu kecil.
Bercak-bercak merah ini dalam bahasa kedokterannya disebut makulopapuler. Biasanya bercak memenuhi seluruh tubuh dalam waktu sekitar satu minggu. Namun, ini pun tergantung padadaya tahan tubuh masing-masing anak. Bila daya tahan tubuhnya baik maka bercak merahnya tak terlalu menyebar dan tak terlalu penuh. Umumnya jika bercak merahnya sudah keluar, demam akan turun dengan sendirinya. Bercak merah pun makin lama menjadi kehitaman dan bersisik (hiperpigmentasi), lalu rontok atau sembuh dengan sendirinya. Periode ini merupakan masa penyembuhan yang butuh waktu sampai 2 minggu.
CARA PENULARAN
Yang patut diwaspadai, penularan penyakit campak berlangsung sangat cepat melalui perantara udara atau semburan ludah (droplet) yang terisap lewat hidung atau mulut. Penularan terjadi pada masa fase kedua hingga 1-2 hari setelah bercak merah timbul. Sayangnya, masih ada anggapan yang salah dalam masyarakat akan penyakit campak. Misalnya, bila satu anggota keluarga terkena campak, maka anggota keluarga lain sengaja ditulari agar sekalian repot. Alasannya, bukankah campak hanya terjadi sekali seumur hidup? Jadi kalau waktu kecil sudah pernah campak, setelah itu akan aman selamanya. Ini jelas pendapat yang tidak benar karena penyakit bukanlah untuk ditularkan. Apalagi dampak campak cukup berbahaya.
Anggapan lain yang patut diluruskan, yaitu bahwa bercak merah pada campak harus keluar semua karena kalau tidak malah akan membahayakan penderita. Yang benar, justru jumlah bercak menandakan ringan-beratnya campak. Semakin banyak jumlahnya berarti semakin berat penyakitnya. Dokter justru akan mengusahakan agar campak pada anak tidak menjadi semakin parah atau bercak merahnya tidak sampai muncul di sekujur tubuh.
Selain itu, masih banyak orang tua yang memperlakukan anak campak secara salah. Salah satunya, anak tidak dimandikan. Dikhawatirkan, keringat yang melekat pada tubuh anak menimbulkan rasa lengket dan gatal yang mendorongnya menggaruk kulit dengan tangan yang tidak bersih sehingga terjadi infeksi berupa bisul-bisul kecil bernanah. Sebaliknya, dengan mandi anak akan merasa nyaman.
PENGOBATAN GEJALA
Pengobatan campak dilakukan dengan mengobati gejala yang timbul. Demam yang terjadi akan ditangani dengan obat penurun demam. Jika anak mengalami diare maka diberi obat untuk mengatasi diarenya. Batuk akan diatasi dengan mengobati batuknya. Dokter pun akan menyiapkan obat antikejang bila anak punya bakat kejang.
Intinya, segala gejala yang muncul harus diobati karena jika tidak, maka campak bisa berbahaya. Dampaknya bisa bermacam-macam, bahkan bisa terjadi komplikasi. Perlu diketahui, penyakit campak dikategorikan sebagai penyakit campak ringan dan yang berat. Disebut ringan, bila setelah 1-2 hari pengobatan, gejala-gejala yang timbul membaik. Disebut berat bila pengobatan yang diberikan sudah tak mempan karena mungkin sudah ada komplikasi.
- Komplikasi dapat terjadi karena virus campak menyebar melalui aliran darah ke jaringan tubuh lainnya. Yang paling sering menimbulkan kematian pada anak adalah kompilkasi radang paru-paru (broncho pneumonia) dan radang otak (ensefalitis). Komplikasi ini bisa terjadi cepat selama berlangsung penyakitnya.
- Gejala ensefalitis yaitu kejang satu kali atau berulang, kesadaran anak menurun, dan panasnya susah turun karena sudah terjadi infeksi "tumpangan" yang sampai ke otak. Lain halnya, komplikasi radang paru-paru ditandai dengan batuk berdahak, pilek, dan sesak napas. Jadi, kematian yang ditimbulkan biasanya bukan karena penyakit campak itu sendiri, melainkan karena komplikasi. Umumnya campak yang berat terjadi pada anak yang kurang gizi.
PENANGANAN YANG BENAR
Inilah yang dianjurkan Rini:
- Bila campaknya ringan, anak cukup dirawat di rumah. Kalau campaknya berat atau sampai terjadi komplikasi maka harus dirawat di rumah sakit.* Anak campak perlu dirawat di tempat tersendiri agar tidak menularkan penyakitnya kepada yang lain. Apalagi bila ada bayi di rumah yang belum mendapat imunisasi campak.
- Beri penderita asupan makanan bergizi seimbang dan cukup untuk meningkatkan daya tahan tubuhnya. Makanannya harus mudah dicerna, karena anak campak rentan terjangkit infeksi lain, seperti radang tenggorokan, flu, atau lainnya. Masa rentan ini masih berlangsung sebulan setelah sembuh karena daya tahan tubuh penderita yang masih lemah.
- Lakukan pengobatan yang tepat dengan berkonsultasi pada dokter.
- Jaga kebersihan tubuh anak dengan tetap memandikannya.
- Anak perlu beristirahat yang cukup.
Semua penyakit yang disebabkan virus bersifat endemis. Artinya bisa muncul kapan saja sepanjang tahun, tidak mengenal musim. Oleh karena itu, menurut Rini, campak pada anak perlu dicegah dengan imunisasi. Apalagi campak banyak menyerang anak usia balita. Seharusnya, vaksin campak tak memiliki efek samping, tapi karena vaksin dibuat dari virus yang dilemahkan, maka bisa saja satu dari sekian juta virusnya menimbulkan efek samping. Umpamanya, setelah diimunisasi campak, anak jadi panas atau diare.
Sebenarnya bayi mendapatkan antibodi dari ibunya melalui plasenta saat hamil. Namun, antibodi dari ibu pada tubuh bayi itu akan semakin menurun pada usia kesembilan bulan. Lantaran itu, pemberian imunisasi campak dilakukan di usia tersebut. Kemudian, karena tubuh bayi di bawah 9 bulan belum bisa membentuk kekebalan tubuh dengan baik maka pemberian vaksinasi campak diulang di usia 15 bulan dengan imunisasi MMR (Measles, Mumps and Rubella). Dengan vaksinasi ini diharapkan bilapun anak terkena campak, maka dampaknya tidak sampai berat atau fatal karena tubuh sudah memiliki antibodinya.
Hanya saja, karena saat ini terdapat kecurigaan bahwa bahan pengawet pada vaksin MMR dapat memicu autisme, akhirnya pemberian imunisasi campak tidak diulang. Menurut Rini, kekhawatiran itu tidak perlu ada lagi jika anak sudah mencapai usia tiga tahun dan mengalami proses tumbuh kembang yang normal. "Sebaiknya anak divaksinasi saja. Boleh ditunda tapi jangan sampai ditiadakan. Sampai besar pun masih bisa divaksinasi. Lebih baik mencegah daripada mengobati." ( Sumber tab Nakita)
Setiap hari jum'at pagi, sudah menjadi kegiatan rutin di Puskesmas Kemiri untuk jalan santai.
Setelah apel jam 07.45, kita segera meluncur untuk jalan-jalan, dengan rute yang berbeda tiap minggunya. Tidak perlu jauh-jauh, asal sudah 45 menit dan berkeringat , cukuplah. Karena kalau terlalu lama dan jauh, kita nggak bisa pulang ke Puskesmas dong...... Sambil jalan-jalan, kita lihat situasi dan kondisi lingkungan di tempat-tempat yang dilewati ( sambil menyelam minum air, klelep, tapi tugas HS e kok ).
Tapi tidak semua karyawan ikut jalan-jalan, sebagian harus pelayanan. Kita bergantian setiap minggunya, kecuali yang tidak pernah piket ( yaitu sipenulis).
Sehabis jalan-jalan, kita makan-makan. Maksud hati pingin langsing, tapi kok malah melar ya....
Yang menyediakan makan juga giliran, pokoknya semangat gotong royong dan semangat berolahraga, siiip deh!
Hari Sabtu, tanggal 6 Februari 2010, Puskesmas Kemiri mengadakan acara pelepasan karyawan Puskesmas Kemiri yang telah purna tugas dan yang beralih tugas ke tempat yang baru. Acara yang dimulai pada jam 11.30 tersebut juga menghadirkan Camat Kemiri, baik yang lama maupun yang baru. Selain itu juga para Kepala UPT se - Kecamatan Kemiri turut diundang.
Karyawan yang sudah purna tugas adalah :
1. Rukun Santoso
2. Untung
3. Nanik Kusuma Wardani
4. Sartumpo, Alm.
Sedangkan karyawan yang pindah ke tempat baru adalah :
1. dr. Purwanti
2. Rhesti Illahiyana
Beberapa bulan terakhir, Penyakit chikungunya mewabah di wilayah Puskesmas Kemiri. Desa - desa yang terjangkit justru desa di daerah pegunungan, yaitu Purbayan, Gunung Teges, Sokogelap, Wanurojo, Karangluas, Kaliglagah, dan Kapiteran .
Desa Purbayan adalah desa yang pertama kali melaporkan kejadian chikungunya. Ini berdasarkan laporan bidan desa Kaliglagah pada tanggal 13 Desember 2009, bahwa ada penderita yang diduga Chikungunya dengan keluhan panas tinggi, nyeri sendi sampai tidak bisa berjalan.
Berdasarkan konfirmasi puskesmas dengan bidan desa Purbayan pada tanggal 14 Desember 2009, memang benar ada beberapa penderita sakit dengan keluhan serupa sekitar 13 orang.
Selanjutnya pada hari selasa tanggal 15 Desember 2009, Tim Puskesmas Kemiri mengadakan pelacakan epidemiologi Chikungunya di Desa Purbayan. Sebanyak 8 orang karyawan Puskesmas Kemiri termasuk Bidan Desa Purbayan diberangkatkan ke Desa Purbayan, dan melakukan kegiatan penyelidikan dan penanggulangan penyakit Chikungunya.
Dari Penyelidikan yang dilakukan selama 2 hari, ditemukan 126 kasus yang diduga Chikungunya. Gejala yang dirasakan adalah panas tinggi, disertai nyeri hebat seluruh persendian yang menyebabkan penderita tak dapat berjalan.
Kegiatan yang telah dilakukan selama penyelidikan epidemiologi Chikungunya di desa Purbayan adalah :
1. Fogging resting
2. Penemuan penderita dan pengobatan gratis chikungunya
3. Pencarian breeding places
4. Penyuluhan
5. Pembagian Kelambu